Menulis bagi Kalangan Mahasiswa

Kebutuhan menulis artikel bagi kaum mahasiswa terus mengalami fluktuasi akan penting dan tidaknya dari segi pandangan kaum intelektual itu sendiri. Jika dilihat, kaum mahasiswa berada dalam strata teratas sebagai keyholder untuk pemimpin-pemimpin bangsa berikutnya. Harapan-harapan terbesar ditangguhkan di belakang pundak mahasiswa sebagai kalangan elit yang terpelajar. Apalagi dalam kehidupan mondialisme yang sarat akan individualitas dan egoisme seperti sekarang ini kurang bijaksanalah jika harapan-harapan itu lalu ditelikung dan dihamparkan dalam wujud demo-demo jalanan begitu saja. Jejak-jejak kaki yang turun ke jalan menjadi tak berharga di zaman krisis energi sekarang ini tanpa disertai balutan karya-karya fisik dan nyata dari kaum mahasiswa demi membantu kehidupan kaum menengah ke bawah di Indonesia. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa sebagian persyaratan umum untuk dapat meraih beasiswa / pendidikan di luar negeri tidak lain dinilai dari prestasi karya-karya ilmiah yang dihasilkan bukan dari kemampuan softskillnya. Untuk itu, sudah bukan omong kosong lagi jika kesadaran berbahasa yang diwujudkan dalam bentuk keterampilan menulis harus semakin digalakkan. Lebih baik lagi jika karya-karya tersebut disalurkan ke media massa dan cetak. Soal sulit atau mudah dalam hal tulis-menulis pada dasarnya setiap insan telah diberi kemampuan untuk menulis, tinggal kita mau mengolahnya apa tidak. Jika kepiawaian menulis dalam lingkup mahasiswa terpelihara, tidaklah mustahil jika nantinya akan banyak ide-ide realistis yang dengan mudah tertuang dalam jurnal-jurnal ilmiah dan dapat dikembangkan lebih lanjut secara nyata dengan dukungan dan peran serta dari pemerintah dan masyarakat luas.
Perkembangan budaya menulis di lingkungan mahasiswa juga turut dipengaruhi oleh sosialisasi mahasiswa tingkat atas kepada mahasiswa tingkat bawah atau mahasiswa baru. Bagaimanapun, hubungan antar mahasiswa umumnya lebih akrab daripada hubungan dosen dengan mahasiswanya. Dari awal seorang alumnus tingkat SMA akan masuk ke ranah perkuliahan, kakak tingkatlah yang turut andil besar dalam mendampingi mahasiswa mengenal lingkungan barunya. Oleh karena itu, kepiawaian tulis-menulis dapat tersalur lagi jika kakak tingkatnya memiliki ilmu lebih dalam bidang jurnalistik. Jika tidak, mustahil iklim menulis dapat tumbuh dengan baik. Tidak sedikit sosialisasi mahasiswa semester atas yang hanya mengajarkan dan mengarahkan pentingnya softskill dalam perkuliahan sehari-hari khususnya organisasi. Apalagi jika ternyata bahan acuan sofskill tersebut diambil dari hasil penelitian di AS, bukan dari Indonesia sendiri. Untuk itu, keberanian menorehkan tinta-tinta akademis di tingkat mahasiswa perlu dibiasakan terus-menerus agar iklim dan jiwa jurnalistik dapat terurus dan tumbuh subur.
Jika menulis artikel di media cetak, program-program kreatifitas mahasiswa, pimnas dan karya-karya ilmiah lain sudah berkembang di kalangan mahasiswa menandakan tingginya kesadaran berbahasa yang benar melalui ilmu jurnalistik, tetapi juga harus ditilik bobot / mutu dari karya-karya ilmiah itu sendiri. Karena tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa menulis itu susah, patah juga harapan mereka sebelum menulis sebab malas berpikir. Bukan barang tentu juga mutu dan kualitas tulisan ditentukan karena seseorang telah berkali-kali menulis. Hanya orang-orang yang mampu mengkolaborasikan pikiran yang telah dicanangkannya kemudian mewujudkannya ke dalam jalinan kata-kata yang bersambungan dan saling sinergislah yang dikatakan akan mempunyai bobot tulisan yang baik. Untuk itu dalam ranah sebagai seorang akademisi, mahasiswa tidak hanya dituntut gemar menulis artikel tetapi juga menghasilkan artikel-artikel yang mumpuni dan berkualitas unggul serta kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Hal itu dapat dicapai dengan membuat karya ilmiah bukan berdasarkan bentuknya saja tetapi juga dapat memenuhi tujuan harafiahnya dari penulisan sebuah karya ilmiah. Sebab, banyak karya-karya tulis yang dari sisi bentuk (kerangka penulisan) terisi lengkap bahkan hingga berlembar-lembar. Namun hubungan antar paragraf bahkan antar kalimat masih kesana kemari, tidak beraturan, dan tidak sinergis. Sehingga inti dari permasalahan yang diungkap malah tidak terselesaikan alias mengambang. Untuk itu, marilah kita wujudkan generasi elite mahasiswa yang tidak hanya pandai berbicara dan mengungkapkan pendapat di forum ilmiah tetapi juga dapat menorehkan goresan-goresan tinta keilmuan ke dalam lembaran-lembaran artikel jurnalistik dan karangan-karangan ilmiah lain yang berkualitas.

3 komentar:

A. Y. Indrayana mengatakan...

Terimakasih atas partisipasinya telah mengikuti GA Indrayana ...

Selanjutnya dimohon untuk yang bersangkutan agar memberikan alamat lengkap untuk selanjutnya saya tindaklanjuti hadiahnya melalui pos ...

Ditunggu sesegera mungkin yaa ...
Kirimkan melalui email dheindraagniaza@gmail.com

Terimakasih ...

Unknown mengatakan...

Blognya bagus, gan!
Salam kenal dan kalau sempat mampir ya sekalian mengundang untuk gabung bareng telan2 lain yang sudah submit di Direktori Weblog Indonesia.

Bita Gadsia (Princess Azoka) mengatakan...

ya, makasih2..
slm blogger jg.. :D

Posting Komentar

Free Blooming Pink Rose Cursors at www.totallyfreecursors.com