Dalam kehidupan ini, kerap kali kita
tidak menyadari akan hadirnya pendidik yang begitu mulia dan ikhlas yang selalu
mengiringi hari-hari kita. Tidak lain adalah orang tua kita sendiri. Meski
mereka bukan pendidik sepenuhnya, tetapi ajaran-ajaran yang dilimpahkan kepada
anak-anaknya yaitu kita begitu berarti bagi masa depan kita kelak. Di
lingkungan rumah, peran orang tua dapat dimaksimalkan dalam mendidik anak
melalui bimbingan kasih sayangnya sehingga mental dan moral anak-anak dapat
terus terjaga dan dimantapkan. Malah terkadang, banyak sekolah yang masih tidak
dapat mewujudkan visi dan misi dalam memperbaiki akhlak peserta didik. Jika
keikutsertaan orang tua dalam merangkap menjadi pendidik moral dan mental
anak-anaknya terus dilakukan, maka kegiatan belajar mengajar di sekolah pun diharapkan
dapat berjalan maksimal karena peserta didiknya telah memegang teguh adanya etika dan tabiat yang baik.
Untuk itu, selain dari kemampuan
pendidik dalam mengajarkan ilmu, faktor peserta didik juga menentukan dalam
keberhasilan proses belajar, sebab pada dasarnya setiap proses pembelajaran dalam
bangku sekolah maupun perguruan tinggi berlangsung dua arah oleh adanya interaksi
antara pendidik dengan peserta didik, sehingga pendidik akan selalu dihadapkan
pada peserta didik yang merupakan target utama proses pembelajaran tersebut. Oleh
sebab itu, sudah pasti bahwa faktor peserta didik juga sangat menentukan dalam berhasilnya
suatu proses belajar mengajar. Kajian mengenai faktor peserta didik ini lebih mengenai
sikap dan perilaku peserta didiknya. Jika etika peserta didik selama menuntut
ilmu baik maka proses belajar mengajar dapat berjalan maksimal dan kemanfaatan
akan ilmu yang diterima pun lebih banyak. Namun jika etika dari peserta didik
tidak diindahkan, maka semampu apa pun pendidik dalam mengajarkan ilmu akan
selalu mental dan tidak dapat diserap dengan baik oleh peserta didik sehingga
peserta didik akan rugi sendiri. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa etika
yang harus dimiliki peserta didik, agar kemanfaatan dalam proses belajar mengajar
dapat diperoleh secara maksimal. Etika-etika yang harus diperhatikan peserta
didik kepada pendidik, antara lain sebagai berikut:
- Tidak bersikap sombong dengan mengakui kompetensi dan keprofesionalan pendidik.
- Duduk dengan tenang dan tidak berbuat gaduh saat pelajaran berlangsung.
- Memahami hak-hak pendidik, menghormati dan memperhatikan pendidik yang sedang mengajar.
- Mengikuti pelajaran dengan maksimal dengan berkonsentrasi dan menuruti semua instruksi dari pendidik yang dapat menambah kemanfaatan lebih dalam kajian ilmu yang sedang berlangsung.
Nah jika peserta didik mampu
melaksanakan etika-etika di atas, dijamin ilmu yang didapat akan lebih besar
dan lebih banyak manfaatnya bagi kepentingan umat. Selain itu hubungan antara
peserta didik dengan pendidik pun akan terjalin dengan baik dan terjaga dalam
suatu kebaikan sehingga dapat mempererat tali silaturahmi masing-masing.
Jika faktor peserta didik
merupakan faktor yang cukup dominan dalam tercapainya tujuan pembelajaran,
faktor pendidik juga tidak kalah penting. Pendidik dituntut untuk tidak hanya
mampu menyampaikan ilmu pengetahuan saja tetapi juga harus mampu memainkan
perannya sebagai pendidik yang bertanggung jawab, ikhlas, dan bijaksana demi
masa depan peserta didiknya. Pendidik harus turut serta menuntun, mengarahkan,
dan juga memfasilitasi hal-hal yang menjadi kebutuhan peserta didik. Jadi, tidak
hanya menyampaikan ilmu lalu urusan selesai, namun lebih dari itu. Untuk
menjadi seorang pendidik yang baik juga harus mampu mengkondisikan suasana
kelas agar nyaman dan tidak tegang sehingga ilmu dapat diserap dengan baik.
Pendidik juga harus dapat dijadikan contoh dan teladan bagi peserta didiknya,
dalam hal ini secara tidak langsung akan ikut mendidik akhlak peserta didik. Untuk
itu perlu diberikan sosialisasi dan penataran kepada para pendidik lebih lanjut
agar kualitas pendidik khususnya di Indonesia dapat lebih ditingkatkan mutunya.
Dengan begitu, diharapkan pendidik-pendidik kita dapat mengikuti jejak pendidik-pendidik
sebelumnya yang banyak tidak mengharap balas jasa, ikhlas, dan tanpa pamrih dalam
mengajar, serta memahami kejiwaan peserta didiknya dengan baik. Keprofesionalitasan
seorang pendidik juga harus dijaga terus dengan selalu mengembangkan bidang
keilmuannya sehingga aplikasi dan terapan ilmu tersebut dapat diambil
manfaatnya bagi masa depan.
Sesungguhnya menjadi pendidik
adalah hal yang sangat mulia karena ikut membantu mencerdaskan generasi penerus
bangsa dan ikut bertanggung jawab atas masa depan mereka. Namun untuk menjadi
seorang pendidik juga tidak harus dengan menjadi guru, staf pengajar, atau
dosen, kita dapat berbuat hal-hal lain yang bermanfaat bagi rakyat banyak
dengan tujuan utama mendidik. Dapat kita ambil contoh yakni kegiatan blogging. Telah
banyak blog-blog maupun website yang menyediakan beragam informasi yang kadang
tidak dapat kita temukan secara instan di bangku sekolah. Banyak orang dengan
sukarela dan ikhlas berbagi ilmu agar dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh
pengunjungnya. Walaupun tidak menjadi tenaga pendidik seutuhnya, namun tujuan
dalam hal transfer ilmu tercapai, ilmu yang disebarkan menjadi gerbang
cakrawala ilmu pengetahuan kedua setelah sekolah. Oleh karena itu, dalam
membangun bangsa Indonesia yang bermartabat dan cerdas tidak hanya bergantung
kepada pendidik dan peserta didiknya namun dari semua pihak yang saling
bergotong royong, bahu-membahu, dan ikut bekerja keras dalam mencapai tujuan
tersebut, sehingga bangsa Indonesia dapat tumbuh menjadi bangsa yang berakhlak
mulia.
"Karena pada dasarnya di dunia ini terdapat harta yang tidak kunjung habis jika dibagi dan malah akan semakin bertambah, yakni adalah ilmu itu sendiri."
0 komentar:
Posting Komentar