Sosok pendidik di Indonesia

Salah satu pemegang peranan penting dalam kemajuan suatu negara adalah sumber daya manusianya. Jika SDM-nya bagus maka negara tersebut akan cepat maju dan menjadi penguasa dalam berbagai sektor penting dunia, namun sebaliknya jika kualitas SDM-nya rendah maka negara tersebut akan rentan terhadap berbagai ancaman yang datang dari luar maupun dalam. Untuk memperoleh kualitas SDM yang tinggi tentunya bukan hal yang mudah, dapat kita lihat sumber daya manusia yang berkualitas di berbagai negara maju diperoleh melalui usaha yang keras dan pantang menyerah, tidak diperoleh dengan cara cuma-cuma. Oleh sebab itu, setiap negara harus mampu bersaing demi memajukan negaranya dengan meningkatkan kualitas SDM agar masyarakatnya dapat segera ikut berperan dalam membebaskan negeri dari keterpurukan maupun krisis-krisis moneter. Untuk mencapai hal tersebut, tentunya tidak dapat terlepas dari peranan penting tenaga pendidik yang mempersiapkan masa depan generasi muda sejak di bangku sekolah dasar. Pendidik mengemban tugas mulia untuk mengajarkan ilmu pada generasi muda dan membimbing akhlak mereka demi menyiapkan bekal masa depan yang lebih baik.

Adanya generasi penerus yang sekarang ini menduduki kursi-kursi penting dalam pemerintahan Indonesia juga tak luput dari jasa-jasa seorang pendidik. Namun tak jarang juga kita mendengar dan menyaksikan kasus-kasus hukum seperti praktik-praktik korupsi, suap, kasus amoral, dan kriminal yang malah datang dari kaum-kaum terdidik pengemban amanat rakyat, contohnya anggota DPR, polisi, jaksa, dan aparat-aparat penegak hukum lainnya. Sebenarnya kasus-kasus tersebut tidak hanya berasal dari kalangan atas tetapi sudah melapisi di setiap kalangan masyarakat. Pastinya ada rasa kecewa dalam hati masyarakat jika kasus-kasus tersebut terus bermunculan baik dari pejabat maupun institusi penegak hukum yang malah seharusnya turut menjaga tegaknya pelaksanaan hukum yang jujur di Indonesia. Namun kalau sudah begini, siapakah yang pantas disalahkan / dijadikan kambing hitam? Sejenak kita akan berpikir dan menjawab, “Ya itu karena rusaknya mental dan moral individunya”. Itu memang jawaban yang benar, tapi jika kita mau menilik lebih dalam, tanggung jawab juga berada di tangan para pendidik sebelumnya. Sederhana saja alasannya. Tak ada  guru tak ada muridnya. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Alasan-alasan tersebut nampak seperti ungkapan semu namun nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sudah saatnya sistem pendidikan di Indonesia mulai diubah tujuannya dari sekarang. Dari siapa? Dari pendidiknya. Banyak pendidik yang berpikir bahwa tugas mereka hanyalah sebatas mengajarkan ilmu sesuai dengan tuntutan kurikulum, setelah itu mereka lepas tangan tidak memikirkan mengenai manfaat dan kegunaan dari materi yang diajarkan di kehidupan nyata.

Kalau sudah materi disampaikan, adakan ulangan, masukkan nilai, lalu seolah-olah pelajaran selesai. Peserta didik pun entah besok maupun beberapa bulan setelahnya barangkali lupa akan materi yang telah disampaikan. Sedikit sekali ilmu yang benar-benar diserap dengan metode belajar seperti itu. Memang tidak semua pendidik mengajar dengan pedoman tersebut namun hal ini memerlukan perhatian lebih lanjut. Banyak peserta didik yang pada akhirnya lebih mementingkan nilai daripada ilmunya maupun cara-cara yang digunakan untuk mencapai nilai tersebut. Menyontek, menjiplak, kadang sudah merupakan hal yang wajar di kalangan pelajar dewasa ini. Banyak murid yang pergi ke sekolah tujuannya hanya untuk menjadi orang pintar dengan nilai-nilai yang bagus lalu dapat bekerja, malah mungkin tak ada niatan sama sekali untuk belajar karena sudah merasa dibiayai, sehingga pada akhirnya pendidikan moral dan mental yang seharusnya lebih diutamakan pun akhirnya terbengkalai. Jika tujuan untuk sekolah dan kuliah hanya untuk mencapai hal-hal tersebut, banyak sekarang orang pintar dan sudah bekerja dengan gaji tinggi namun ujung-ujungnya malah masuk bui karena melakukan tindak pelanggaran hukum. Kasus-kasusnya pun banyak yang mencuat di berbagai media massa bahkan mungkin sampai go international. Secara tidak langsung hal-hal negatif tersebut dapat mengurangi kepercayaan negara luar terhadap negara kita dan tanpa disadari telah turut menghambat kemajuan negara Indonesia sendiri. Jika sudah begitu, apakah pantas pendidikan moral dan mental masih ingin dikesampingkan di dunia yang semakin hari semakin rusak ini? Sehingga puncak dari semua ini adalah pentingnya pembenahan metode belajar yang dibawakan oleh para pendidik agar nilai gunanya dapat lebih dimanfaatkan peserta didik bagi kesejahteraan umat banyak.

Diterima atau tidak, tindakan menyontek di kalangan pelajar maupun mahasiswa merupakan salah satu jenis dari bentuk pencurian kecil, karena mengambil sesuatu yang bukan haknya dan sebagai tindakan penghalalan segala cara untuk memperoleh nilai-nilai yang baik. Mengapa saya berani mengatakan seperti itu? Sebab dari tingkat SD hingga universitas hal tersebut selalu ada di sekitar saya. Saya juga berani menjamin bahwa sebagian besar dari rapor teman-teman saya di dalamnya tersimpan hasil contekan baik kecil maupun besar. Malahan sering saya melihat perbuatan para pendidik yang membolehkan adanya perilaku negatif itu dengan pedoman ‘asal tidak ketahuan’, pendidik dengan pedoman seperti itu tidak ada yang serius dalam mengawasi setiap ujian. Mengapa saya sangat khawatir sekali dengan tindakan menyontek? Sebab saya takut jika hal yang tidak halal tersebut terus tumbuh hingga nanti mereka bekerja. Dan yang lebih saya takutkan lagi jika tindakan tersebut malah datang dari pekerjaan-pekerjaan yang mengurus kepentingan rakyat banyak. Jika dapat diandaikan perbuatan menyontek di bangku sekolah sama halnya dengan korupsi di sektor-sektor pekerjaan sebab banyak menarik banyak pihak dan dianggap hal yang umum bagi orang-orang yang sudah berada dalam kondisi-kondisi tersebut. Sebagai contoh adalah praktik-praktik korupsi yang tumbuh merajalela dan telah merugikan uang rakyat dalam jumlah besar. Tindakan ini pada akhirnya akan menghambat kemajuan bangsa.

Untuk itu, sebelum hal-hal yang tidak diharapkan pada tingkat atas tersebut terjadi, tingkat bawah harus diperhatikan dua kali dan dilakukan pembenahan dimulai dari bangku sekolah dasar hingga bangku universitas. Ungkapan guru, ‘digugu dan ditiru’ harus benar-benar disadari dan diterapkan oleh para pendidik. Pendidik diharapkan tidak hanya sebatas mampu mengajar tetapi juga mampu dijadikan contoh yang baik dan panutan bagi muridnya, sehingga dapat menghasilkan mental dan moral yang baik bagi anak didiknya.
Menjadi pendidik tidaklah mudah karena akan menentukan tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia nantinya. Banyak sekarang pendidik yang lebih mementingkan dirinya sendiri dan tidak berpikir tentang masa depan anak didiknya kelak. Sedikit-sedikit mogok mengajar karena hal tertentu padahal gaji yang diberikan pemerintah juga sudah cukup besar. Ya, saya tahu bahwa pendidik juga merupakan sebuah profesi. Namun profesi tersebut juga bukan profesi sembarangan karena memikul tanggung jawab yang besar bagi kemajuan negara nantinya. Bentuk kecil tindak pengambilan sesuatu yang bukan haknya juga sering saya dapatkan dalam diri para pendidik, salah satunya adalah korupsi waktu. Banyak pendidik yang lalai terhadap waktu yang semestinya sudah digunakan untuk mengajar. Oleh karena itu, para pendidik seharusnya tidak sewenang-wenang dalam menggunakan kekuasaannya dalam mengajar termasuk dalam hal manajemen waktu dan juga tidak sembarangan dalam memikul tanggung jawabnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Sebaik-baik pendidik adalah yang lebih mementingkan kebermanfaatan dari ilmu yang diajarkan termasuk etika dan nilai-nilai kehidupan untuk penghidupan yang lebih baik, bukan dari nilai yang diperoleh dengan usaha-usaha yang semestinya tidak dibenarkan kehadirannya dalam sistem pendidikan suatu negara."
SSE BLOG COMPETITION 


2 komentar:

Unknown mengatakan...

Sistem pendidikannya seharusnya agak diperketat, seperti apabila mencontek saat ujian atau tidak mengikuti ujian dengan alasan yang tepat hukuman langsung DO.
Terus, kuota masuk kuliah minimal 80 persen agar bisa ikut ujian.
Silahkan dicoba !!! hehe

Bita Gadsia (Princess Azoka) mengatakan...

haha,sip2 masukan yg bagus..

Posting Komentar

Free Blooming Pink Rose Cursors at www.totallyfreecursors.com